DELI SERDANG Existimenews.com- Bertempat di lingkungan Pondok Pesantren Al Hidayah Dusun IV Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang,Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di kediaman pimpinan pondok pesantren Al Hidayah,di adakan diskusi sekaligus menggelar konferensi pers prihal menyikapi dan membahas terkait menangangkal paham radikalisme serta membahas pendidik Healing Center bagi anak-anak yang orang tuanya mantan kombatan teroris,Sabtu (16/3/2019) sekira pukul 11.15 Wib.
Hadir dalam acara diskusi itu penjabat dari Mabes Polri AKBP Syuhaimi SH,Kapolsek Kutalimbaru AKP B.Sitanggang bersama personil Polsek Kutalimbaru.Berikutnya acara juga di hadiri pimpinan pondok pesantren (ponpes) Al Hidayah Ustadz Khairul Ghazali serta para wartawan media cetak,online dan elektronik
Di hadapan para wartawan,AKBP Syuhaimi SH dalam kata sambutannya mengucapkan syukur alhamdulillah dapat berkumpul bersilaturahmi di kediaman Ustadz Khairul Ghazali dalam rangka mempererat sinergitas antara kita selaku pihak ungaran dan juga dalam hal ini Ustadz Khairul Ghazali selaku ulama.
“Jadi memang sinergitas ini sangat penting untuk kita tingkatkan dan harapan kita dapat memberikan keberkahan untuk kita semua.Pada kesempatan ini ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan tujuan kami di sini selain melakukan silaturahim ke sini adalah juga ingin menyampaikan Bagaimana perkembangan situasi keamanan yang kita rasakan dan kita hadapi.Saat tahun ini adalah tahun politik Insyaallah sekitar 1 bulan lagi tanggal 17 April 2019 kita akan menghadapi pelaksanaan Pemilu legislatif dan Pilpres termasuk wakil presiden.Momen ini tentu kita mengharapkan situasi Kamtibmas semakin kondusif tertib dan sehingga agenda nasional yang telah diprogramkan oleh pemerintah dapat berjalan dengan baik,” ungkap Syuhaimi.
USTADZ KHAIRUL GHAZALI TERAPKAN PENDIDIKAN HEALING CENTER
Menanggapi pernyataan yang di sampaikan AKBP Syuhaimi penjabat dari Mabes Polri,Ustadz Khairul Ghazali selaku pimpinan Pondok Pesatren Al Hidayah mengatakan saat ini kita mempunyai program khusus radikalisasi dan trauma healing Center yaitu penyembuhan terhadap santri yang orang tuanya terlibat dalam berbagai aktivitas kegiatan terorisme seperti yang terjadi 2 atau 3 hari lalu di Sibolga.Akan tetapi tidak berjalan 3 tahun masalah di sekitar sini yang pada awalnya menolak mentah-mentah kehadiran Ponpes ini akan mengganggu dan ada yang juga yang sempat mengancam pimpinan ponpes,namun lambat laun atas partisipasi dari kepolisian yang memberikan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar Ponpes ini,akhirnya bisa menerima dan bahkan ada 6 orang santri warga setempat yang mondok disini.
“Untuk itu tidak ada lagi diskriminasi dalam hal itu merasa murid-murid bisa bergaul dengan latar belakang yang berbeda dengan tapi secara khusus memang diutamakan santri yang orang tuanya mantan narapidana teroris (napiter). Seperti halnya sekitar 2 minggu yang lalu ada murid di Ponpes ini yang orang tuanya pernah terlibat kegiatan terorisme di Poso.Dan dalam tahun ajaran baru nanti ada calon santri kita dari Surabaya yang juga orang tuanya mantan teroris,” beber Ustadz Khairul Ghazali.
Komitmen tersebut akhirnya dia realisasikan ketika bebas bersyarat pada 2015. Di kampung halamannya, di Desa Sei Mencirin, Kecamatan Kutalimbaru, Deli Serdang, Ghazali pun merintis pesantren yang awalnya diberi nama Pesantren Darusy Syifa’.
Yang pertama dibangun adalah Mhushola kecil berukuran 5 x 5 meter yang terbuat dari kayu mindi. Musala tanpa dinding itu sampai sekarang masih berdiri.
’’Dana tidak ada. Jadi, kami bangun tanpa dinding. Yang penting bisa untuk Sholat,’’ tuturnya.
Pada 2016, Ghazali mulai membangun asrama berukuran 5 x 7 meter. Asrama itu dibangun dengan dinding gedek dan atap rumbia daun pohon nipah. Asrama tersebut dia bangun dengan biaya pribadi dari royaltinya menulis tiga buku bertema kontraradikalisme.
Selanjutnya, Ghazali pun membawa anak-anak mantan teroris untuk nyantri dan tinggal di pesantren kecil tersebut. Ada 10 anak yang menjadi santri. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Yang paling banyak dari Medan.
Masuk 2017, dia membangun asrama lagi. Santri pun bertambah menjadi 20 orang sampai sekarang. Tapi, kemudian muncul penolakan dari sebagian warga.
Dan akhirnya saat ini jumlah santrinya sudah mencapai 24 orang,6 orang diantaranya adalah anak yang berdomisili di sekitar pondok pesantren.
Menurut Ustadz Khairul Ghazali,sudah banyak pejabat yang berdatangan ke Pondok Pesantren Al Hidayah. Termasuk para petinggi BNPT.
Termasuk Tito Karnavian semasa menjabat kepala BNPT. Bahkan, dia menyerahkan hibah tanah milik PTPN II untuk dikelola pesantren seluas 30 hektare tersebut,namun lahan yang di kelola luasnya baru berkisar 10 hektar.
Kepala BNPT sekarang, Komjen Suhardi Alius, juga telah datang dan menggalang dana untuk membangun masjid berwarna hijau muda itu.
’’Kami akhirnya mendapat izin legalitas dari dinas pendidikan dan menggunakan kurikulum resmi dari dinas,’’ tutur Ghazali.
Selain kurikulum dinas, pihaknya mempunyai kurikulum pesantren yang mengajarkan materi Islam. Di setiap materi, dia menyisipkan materi Islam rahmatan lil alamin.
TANGGAPI TEROR BOM SIBOLGA
kita harapkan kalau sudah selesai juga anak-anak yang di Medan perempuan itu yang orang tuanya dulu anaknya perempuan itu ada 4 orang sekolah itu sekarang ini masih nggak jauh beda wanita-wanita seperti itu yang sekarang di Indonesia pada umumnya yang bercita-cita untuk melakukan seperti itu karena terinspirasi dari kejadian-kejadian yang di Timur Tengah berbagai belahan bumi wanita-wanita ini yang paling mudah Siapa yang bisa menyangka negoisasi 10 jam itu gagal dan sekitar pukul 03.00 Wib pagi akhirnya terjadi ledakan.
“saya menghubungi kepala BNPT pukul 03.00 Wib pagi dan saya juga menghubungi Kadensus berikut Kapolri maksutnya kalau ternyata masih gagal dalam negoisasi tersebut saya akan datang ke Sibolga untuk melakukan negoisasi langsung dengan istri Abu Hasyim terduga teroris tersebut,” terang Ustadz Khairul Ghozali kepada wartawan.
Lebih lanjut pimpinan Pompes Al Hidayah itu menuturkan,”Banyak mantan-mantan napiter di pergunakan sebagai media komunikasi seperti kejadian di Sibolga.Dan itu bukan teror yang terakhir seperti halnya teror bom Gereja berikut teror yang terjadi Mapolda Sumut yang sempat menewaskan personil dari kepolisian.
Masih menurut Ustadz Khairul Ghozali,dalam rangka memutus mata rantai terorisme dan pencegahan dini adapun yang terjadi belakangan ini itu merupakan kelompok-kelompok baru yang tidak ada keterkaitannya dengan kelompok kita yang dulu.Dugaan kita punya hubungan ideologi yang sama tetapi mereka adalah rekrutmen baru akibat pengaruh dari ISIS.
Di akhir perbincangannya,Ustadz Khairul Ghazali ingin mengabdikan hidupnya untuk mengelola pondok pesantren Al Hidayah bersama anak santri-santrinya yang notabenenya memiliki trauma akan faham radikalisme tersebut sambil memberdayakan lingkungan sekitar pondok dengan berternak ayam kampung yang sudah mencapai ribuan ekor.Dengan sumbangan berupa alat tetas telur ayam bertenaga listrik dengan kapasitas tetas mencapai 400 butir telur dari AKBP Syuhaimi,semoga embrio-embrio kombatan yang menganut paham radikalisme harapannya bisa di kikis habis.
Kapolsek Kutalimbaru "Upayakan Pengawasan Maksimal"
Kapolsek Kutalimbaru "Upayakan Pengawasan Maksimal"
Terpisah,kepada Existimenews.com Kapolsek Kutalimbaru AKP B.Sitanggang mengatakan pihak Polsek selalu mengupayakan semaksimal mungkin untuk pengawasan,sosialisasi dan sinergisitas di Ponpes ini," terang Sitanggang singkat.
Liputan khusus : Abdul Halil,SE
Wartawan Existimenews.com